Oleh Imam Musbichan
Pada usia tiga tahunan, sembilan atau sepuluh tahunan serta di masa remaja, sikap menentang merupakan gejala yang biasa tampil sejalan dengan perkembangan normal. Sekitar usia tiga tahun amat biasa bagi seorang anak untuk mengatakan “tidak” atau “tidak mau”. Memang menjengkelkan, tetapi perilaku tersebut sebenarnya merupakan bagian dari mulai tumbuhnya kemandirian dan kemampuan untuk mengemukakan diri. Di usia ini, kebanyakan anak-anak mulai menguji otonominya dan mencoba melakukan berbagai hal atas inisiatifnya sendiri. Tindakan inilah yang terkadang tidak sesuai atau mengkuatirkan orang tua atau orang lain di sekitarnya.
Psikolog Shinto B . Adelar menawarkan solusi bagaimana berdamai dengan anak penentang:
- Saat anak menunjukkan sikap menjengkelkan dan anda mulai marah, jauhlah dari anak, tenangkan diri anda dan jernihkan pikiran.
- Bila ia menentang di depan umum, bawa anak ke tempat yang lebih sepi dan diamkan sampai emosinya dan emosi anda mereda.
- Sejengkel apa pun anda, tetaplah tunjukkan bahwa kita peduli dan memperhatikan pendapat atau perasaannya.
- Perhatikan kondisi anak, dan pahami masalah apa yang mungkin di alaminya, baik di rumah atau sekolah.
- Perhatikan kondisi fisiknya (kesehatan).
- Ajaklah anak berpikir mengenai pendapat atau perasaannya, membicarakan perasaan atau keinginanannya secara rasional dengan penjelasan atau pemikiran untuk menyelesaikan masalah, bukan sekedar melampiaskan emosi.
- Dengarkan ucapannya dan cobalah mengungkapkan kembali agar permasalahan lebih jelas.
- Tunjukan bahwa kita memahami perasaannya.
- Hindari sikap menghakimi, menasehati selalu benar atau mengalahkan anak.
- Ungkapkan juga perasaan kita mengenai masalah tersebut sedapat mungkin tenang tanpa emosi.
Selain hal di atas, ada solusi untuk menghadapi anak yang suka menentang:
- Perhatian. Setiap anak ingin diperhatikan orang tuanya. Tidak jarang mereka bersikap menentang, semata-mata untuk menarik perhatian orang tuanya. Sayangnya, orang tua hanya memperhatikan anaknya ketika sedang berperilaku negatif.
- Ciptakan suasana damai dan kooperatif. Katakan kepada anak bahwa anda sebagai ayah, ibu, atau guru sangat menyukainya pada saat mereka sedang melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang anda harapkan.
- Berikan pujian atau hadiah. Pada anak yang memiliki sikap menentang ringan, perhatian dan pujian sudah cukup untuk menumbuhkan kepatuhan dan sikap yang kooperatif. Namun bagi anak dengan sikap menentang yang lebih parah, maka anda harus mampu mengembangkan kreatifitas untuk menunjukkan kepada anak bahwa apa yang anda inginkan atau apa yang anda harapkan dari mereka jauh lebih menarik daripada yang mereka inginkan.
- Tegakkan disiplin. Disiplin sangat diperlukan bagi seorang anak. Prinsip menegakkan disiplin adalah mendorong anak untuk dapat berhasil memenuhi peraturan atau harapan orang tua. Disiplin diberikan dengan memberikan konsekuensi yang jelas bagi setiap perbuatan anak yang tidak sesuai dengan peraturan atau harapan orang tua. Konsekuensi diberikan secara konsisten dan terarah dan sungguh memberikan pengalaman yang tidak menyenangkan bagi anak. Salah satu bentuk konsekuensi yang dapat diberikan adalah menghilangkan kesempatan anak untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan, misalnya dilarang nonton TV.
- Pergunakan disiplin untuk perilaku menentang lainnya. Apabila disiplin berhasil diterapkan sebagai hukuman, maka cara tersebut dapat diterapkan untuk perilaku menentang yang lain.
- Berpikir lebih kreatif dan maju. Orang tua pandai menerapkan teknik untuk mengarahkan perilaku anak bersama orang tua di luar rumah. Lakukan antisipasi yang tepat, kembangkan teknik baru untuk mengarahkan perilaku secara kreatif, mampu mengarahkan perilaku anak tanpa harus membuatnya kehilangan harga diri. Cara ini juga harus dikembangkan saat anak berada di rumah.
- Bantulah guru untuk menolong anak anda. Bagi anak usia sekolah diperlukan kerjasama yang baik dengan guru di sekolah. Komunikasi guru dengan orang tua di lakukan melalui laporan harian perilaku anak yang diisi oleh guru. Cara dan prinsip mendisiplinkan anak yang telah berhasil diterapkan oleh orang tua di rumah sebaikanya dilanjutkan oleh guru di sekolah.
- Menuju masa depan cerah. Apabila langkah pertama sampai ketujuh diterapkan selama dua bulan secara konsisten, diharapkan orang tua mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan yang dapat terjadi pada anak mereka di masa datang, dan bagaimana cara mengatasi perilaku tersebut. Setiap anak pasti tumbuh dan perilakunya berubah. Hal ini justru memberikan kesempatan bagi orang tua menerapkan prosedur yang pernah dipelajari sebelumnya untuk mengatasui masalah yang timbul akibar perilaku anak tersebut di kemudian hari.
Tinggalkan komentar